Senin, 31 Maret 2014

EKSPLORASI POLA BILANGAN DAN BASIS BILANGAN



Mencari pola merupakan bagian penting dari pemecahan masalah matematika. Eksplorasi pola-pola bilangan perlu memperoleh perhatian serius dalam pembelajaran matematika sehingga para siswa dapat mendeskripsikan, memperluas, menganalisis, dan membangun bermacam-macam pola dan merepresentasikan hubungan fungsionalnya dengan tabel-tabel, grafik-grafik, dan aturan-aturan. Maka dari itu kita akan mempelajari pola-pola bilangan yang berdasarkan barisan dan deret. Disini kita juga akan membahas sekilas mengenai basis bilangan.
A.      Barisan Bilangan
Barisan adalah suatu kumpulan suku-suku dalam urutan tertentu. Secara formal, suatu barisan dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi yang mempunyai daerah asal bilangan bulat positif. Bilangan-bilangan di dalam daerah hasil suatu barisan, yang disebut suku barisan, kita batasi untuk bilangan-bilangan real.
Contoh barisan:
(a)   1, 2, 3, 4, 5, 6,...
(b)   0, 5, 10, 15, 20, 25,...
(c)    2, 6, 10, 14, 18, 22,...
(d)   1, 11, 111, 1111, 11111,...
Barisan (a), (b), dan (c) mempunyai sifat yang sama, tetapi barisan (d) berbeda sifat dari ketiga lainnya. Pada baris (a), setiap suku dimulai dari suku kedua diperoleh dari satu suku sebelumnya ditambah 1. Dengan kata lain, selisih antara dua bilangan yang berdekatan pada barisan itu selalu 1. Pada barisan (b), selisih antara dua bilangan yang berdekatan selalu 5, dan dalam barisan (c) selisihnya selalu 4. Tetapi dalam barisan (d), selisihnya adalah 11-1=10, 111-11=100, 1111-111=1000, dan sebagainya. Di dalam barisan (a), (b), dan (c), selisih antara satu suku dengan suku lain yang berdekatan tidak berubah sepanjang barisan itu.
Barisan seperti barisan-barisan (a), (b), dan (c), setiap suku yang berurutan diperoleh dari suku sebelumnya dengan menambah suatu bilangan tertentu yang tetap (disebut beda), adalah barisan aritmatika. Sedangkan barisan (d) bukan merupakan barisan aritmatika karena selisih antara suku-suku yang berdekatan tidak tetap.
Barisan aritmatika adalah barisan yang selisih atau beda antar dua buah suku yang berurutan nilainya selalu tetap. Secara umum dapat dikatakan bahwa: U1, U2, U3, U4,..., Un disebut barisan aritmatika jika U2-U1 = U3- U2 =... = Un-Un-1 = konstanta. Konstanta inilah yang disebut dengan beda (b). Rumus umum suku ke-n barisan aritmatika dengan suku pertama α dan beda b dapat diturunkan seperti berikut:
U1 = α
U2 = α+b
U3 = α+2b
U4 = α+3b
Un =α+(n-1)b

Contoh soal:
1.      Carilah suku ke-20 barisan aritmatika -3, 2, 7,... !
Jawab:
α= -3, b= 7-2= 5, n=20
Un = α + (n-1) b
U20 = -3 + (20-1) . 5
U20 = -3 + 19.5
U20 = -3 + 95
U20 = 92

2.      Suatu barisan aritmatika suku kelimanya adalah 27 dan suku kedua belasnya adalah 62. Tentukanlah suku ke-30 pada barisan tersebut!
Jawab:
U5 = α + (5-1)b
27 = α + 4b......................(I)
U12 = α + (12-1)b
62 = α + 11b....................(II)
Dari persamaan I diperoleh 27 = α + 4b,maka α=27-4b............................(III)
Persamaan III disubstitusikan ke dalam persamaan II
62 = 27 – 4b + 11b
62 = 27 + 7b
7b = 35
b = 5
b= 5 kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan I
27 = α + 4 (5)
27 = α + 20
α = 7
Setelah nilai α dan b diketahui, kemudian U30 bisa ditentukan
U30 = 7 + (30-1) 5
U30 =7 + (29 x 5)
U30 =7 + 145
U30 = 152
Jadi suku ke-30 pada barisan aritmatika adalah 152.

Ada satu jenis lagi barisan, misalkan seorang anak dalam suatu keluarga besar mempunyai 2 orang tua, 4 kakek-nenek, 8 buyut, 16 orang tuanya buyut, dan seterusnya. Kita melihat bahwa banyaknya leluhur adalah 2, 4, 8, 16, ... . jenis barisan seperti ini disebut barisan geometri. Barisan geometri adalah barisan yang perbandingan atau rasio antara dua buah suku yang berurutan nilainya selalu tetap. Barisan geometri bisa juga diartikan sebagai suatu barisan di mana setiap sukunya (kecuali suku pertama) dapat diperoleh dari suku sebelumnya dikalikan dengan suatu konstanta, konstanta tersebut dinamakan rasio.
Rumus umum suku ke-n barisan geometri dengan suku pertama α dan rasio r dapat ditentukan sebagai berikut:
U1 = α
U2 = α.r
U3 = α.r2
Un = α.rn-1

Contoh soal:
1.      Tentukan suku ke-8 dari barisan geometri 1250, 250, 50, ...!
Jawab:
Un = α.rn-1
U8 = 1250 .(  )8-1
U8 = 1250 .(  )7
U8 = 2 . 54.
U8 = 2 .
U8 = 2 .
U8 =  =

2.      Suatu barisan geometri suku ke-3 nya adalah 12 dan suku ke-5 nya adalah 48. Tentukan suku ke-7 dari barisan tersebut!
Jawab:
Un = α . rn-1
U3 = α . r3-1
12 = α . r2..............................(I)
U5 =α . r5-1
48 = α . r4..............................(II)
Dari persamaan (I) diperoleh 12 = α . r2 , maka α =  .....................(III)
Persamaan (III) disubtitusikan ke dalam persamaan (II)
U7 = 3. 26
U7 = 3. 64
U7 = 192

B.      Basis Bilangan
Bilangan yang biasa kita kenal adalah berbentuk desimal (basis sepuluh). Namun ternyata bentuk desimal ini bisa dikonversikan ke dalam basis selain sepuluh, misalnya basis dua (biner), basis lima (quiner), basis delapan (oktal), dan basis dua belas.
1.         Sistem Bilangan Biner (Basis Dua)
Jika dalam sistem bilangan desimal memiliki simbol angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9, maka pada sistem biner (basis dua) hanya memiliki simbol dua angka, yaitu 0 dan 1. Sistem bilangan biner juga menggunakan nilai tempat sebagaimana sistem bilangan desimal. Jika dalam sistem bilangan desimal mengenal nilai tempat satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya, maka dalam sistem bilangan biner mengenal nilai tempat satuan, duaan, empatan, delapanan, dan seterusnya. Contoh: pada bilangan 1012, bilangan 1 yang pertama memiliki nilai tempat empatan, bilangan 0 memiliki nilai tempat duaan, dan bilangan 1 yang terakhir memiliki nilai tempat satuan.
Bilangan biner dapat diubah ke dalam bentuk desimal dengan cara mengalikan bilangan pada nilai tempat satuan dengan 20 dijumlahkan dengan bilangan pada nilai tempat duaan yang dikalikan dengan 21 dijumlahkan dengan bilangan pada nilai tempat empatan yang dikalikan dengan 22 dan seterusnya. Contoh:
1112     = (1x22)+ (1x21)+ (1x20)
= (1x4) + (1x2) + (1x1)
= 4 + 2 +1
= 7
Tidak hanya bilangan biner yang dapat diubah menjadi bilangan desimal, bilangan desimal pun dapat diubah ke dalam bentuk biner, yaitu dengan cara membagi sebarang bilangan (basis sepuluh) dengan bilangan 2, kemudian meletakkan hasil baginya di bawah bilangan yang dibagi, dan menuliskan sisanya di sisi kanan bilangan yang dibagi. Hal tersebut dilakukan terus-menerus sampai bilangan tersebut tidak dapat dibagi lagi. Kemudian untuk menentukan besarnya bilangan biner ditulis dari bilangan yang berada paling bawah sampai bilangan yang paling atas. Contoh:
Bilangan 44 diubah ke dalam bentuk biner

2
44
Sisa 0
2
22
Sisa 0
2
11
Sisa 1
2
5
Sisa 1
2
2
Sisa 0

1

 
Maka bilangan 44 sama dengan 1011002.
2.         Sistem Bilangan Quiner (Basis Lima)
Pada sistem bilangan quiner (basis lima) memiliki simbol lima angka, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4. Sistem bilangan quiner juga menggunakan nilai tempat sebagaimana sistem bilangan biner dan desimal. Dalam sistem bilangan quiner mengenal nilai tempat satuan, limaan, dua puluh limaan, seratus dua puluh limaan, enam ratus dua puluh limaan, dan seterusnya. Contoh: pada bilangan 4325, bilangan 4 memiliki nilai tempat dua puluh limaan, bilangan 3 memiliki nilai tempat limaan dan 2 memiliki nilai tempat satuan.
Bilangan quiner dapat diubah ke dalam bentuk desimal dengan cara mengalikan bilangan pada nilai tempat satuan dengan 50 dijumlahkan dengan bilangan pada nilai tempat limaan yang dikalikan dengan 51 dijumlahkan dengan bilangan pada nilai tempat dua puluh limaan yang dikalikan dengan 52 dan seterusnya. Contoh:
3215     = (3x52) + (2x51) + (1x50)
= (3x25) + (2x5) + (1x1)
= 75 + 10 + 1
            = 86

Bilangan desimal dapat diubah ke dalam bentuk quiner, yaitu dengan cara membagi sebarang bilangan (basis sepuluh) dengan bilangan 5, kemudian meletakkan hasil baginya di bawah bilangan yang dibagi, dan menuliskan sisanya di sisi kanan bilangan yang dibagi. Hal tersebut dilakukan terus-menerus sampai bilangan tersebut tidak dapat dibagi lagi. Kemudian untuk menentukan besarnya bilangan quiner ditulis dari bilangan yang berada paling bawah sampai bilangan yang paling atas. Contoh:
Bilangan 1.354 diubah ke dalam bentuk quiner

5
1354
Sisa 4
5
270
Sisa 0
5
54
Sisa 4
5
10
Sisa 0

2

Maka bilangan 1.354 sama dengan 204045

3.         Sistem Bilangan Oktal (Basis Delapan)
Pada bilangan oktal (basis delapan) memiliki simbol delapan angka, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Sistem bilangan oktal mengenal nilai tempat satuan, delapanan, enam puluh empatan, lima ratus dua belasan, empat ribu sembilan puluh enaman dan seterusnya. Contoh: pada bilangan 7468, bilangan 7 memiliki nilai tempat enam puluh empatan, bilangan 4 memiliki tempat delapan dan bilangan 6 memiliki nilai tempat satuan.
Bilangan oktal dapat diubah ke dalam bentuk desimal dengan cara mengalikan bilangan pada nilai tempat satuan dengan 80 dijumlahkan dengan bilangan pada nilai tempat delapanan yang dikalikan dengan 81 dijumlahkan dengan bilangan pada nilai tempat enam puluh empatan yang dikalikan dengan 82 dan seterusnya. Contoh:
618       = (6x81) + (1x80)
= (6x8) + (1x1)
= 48 + 1
= 49

Bilangan desimal dapat diubah ke dalam bentuk oktal, yaitu dengan cara membagi sebarang bilangan (basis sepuluh) dengan bilangan 8, kemudian meletakkan hasil baginya di bawah bilangan yang dibagi, dan menuliskan sisanya di sisi kanan bilangan yang dibagi. Hal tersebut dilakukan terus-menerus sampai bilangan tersebut tidak dapat dibagi lagi. Kemudian untuk menentukan besarnya bilangan oktal ditulis dari bilangan yang berada paling bawah sampai bilangan yang paling atas. Contoh:
Bilangan 2.571 diubah ke dalam bentuk quiner


8
2571
Sisa 3
8
321
Sisa 1
8
40
Sisa 0

5

Maka bilangan 2.571 sama dengan 50138

4.         Sistem Bilangan Basis Dua Belas
Dalam basis dua belas, ada dua belas digit. Kita mempunyai sepuluh digit pada basis sepuluh, lima digit pada basis lima, dan dua digit pada basis dua. Di dalam basis dua belas kita membutuhkan simbol baru digit setelah 9 dan setelah itu. Simbol yang kita pilih adalah secara berturut-turut T dan E. Sehingga dua belas digit itu adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, T,E. Dengan demikian, di dalam basis dua belas kita membilang “0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, T, E, 10, 11, 12, ..., 18, 19, 1T, 1E, 20, 21, 22, ..., 2T, 2E, 30,...”.
Bilangan basis dua belas dapat diubah ke dalam bentuk desimal dengan cara mengalikan bilangan pada nilai tempat satuan dengan 120 dijumlahkan dengan bilangan pada nilai tempat dua belasan yang dikalikan dengan 121 dijumlahkan dengan bilangan pada nilai tempat seratus empat puluh empatan yang dikalikan dengan 122 dan seterusnya. Contoh:
E2T12    = (11x122) + (2x121) + (10x120)
= (11x144) + (2x12) + (10x1)
= 1584 + 24 + 10
            = 1618

Bilangan desimal dapat diubah ke dalam bentuk basis dua belas, yaitu dengan cara membagi sebarang bilangan (basis sepuluh) dengan bilangan 12, kemudian meletakkan hasil baginya di bawah bilangan yang dibagi, dan menuliskan sisanya di sisi kanan bilangan yang dibagi. Hal tersebut dilakukan terus-menerus sampai bilangan tersebut tidak dapat dibagi lagi. Kemudian untuk menentukan besarnya bilangan basis dua belas ditulis dari bilangan yang berada paling bawah sampai bilangan yang paling atas. Contoh:
Bilangan 3.427 diubah ke dalam bentuk quiner

12
3427
Sisa 7
12
285
Sisa 9
12
23
Sisa E

1

Maka bilangan 3.427 sama dengan 1E9712

Bilangan 1-30 dalam Sistem Biner, Quiner, Oktal, dan Desimal 
 
Desimal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biner
1
10
11
100
101
110
111
1000
1001
1010
Quiner
1
2
3
4
10
11
12
13
14
20
Oktal
1
2
3
4
5
6
7
10
11
12
Desimal
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Biner
1011
1100
1101
1110
1111
10000
10001
10010
10011
10100
Quiner
21
22
23
24
30
31
32
33
34
40
Oktal
13
14
15
16
17
20
21
22
23
24
Desimal
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Biner
10101
10110
10111
11000
11001
11010
11011
11100
11101
11110
Quiner
41
42
43
44
50
51
52
53
54
60
Oktal
25
26
27
30
31
32
33
34
35
36

Penjumlahan dan Pengurangan
Sama seperti pada basis sepuluh, pada basis non-sepuluh pun kita harus belajar fakta dasar penjumlahan dan pengurangan sebelum kita belajar algoritma-algoritma. Sekarang kita pusatkan perhatian kita pada bilangan berbasis lima. Untuk mempelajari fakta dasar penjumlahannya kita dapat membangun tabel penjumlahan sebagai berikut.
Tabel 1
Penjumlahan (Basis Lima)
+
0
1
2
3
4
0
0
1
2
3
4
1
1
2
3
4
10
2
2
3
4
10
11
3
3
4
10
11
12
4
4
10
11
12
13

Dari fakta penjumlahan pada tabel di atas, kita mengembangkan algoritma penjumlahan basis lima seperti penjumlahan pada basis sepuluh. Misalkan kita menjumlahkan 125 + 315. Untuk menyelesaikan masalah ini, kita dapat menggunakan beberapa cara, yaitu:
a.      Menggunakan benda-benda kongrit.
Dalam cara ini dapat memanfaatkan batang-batang limaan dan batang-batang satuan. Yaitu:
1.      Siapkan satu buah batang limaan dan dua buah batang satuan.
2.      Siapkan tiga buah batang limaaan dan satu batang satuan.
3.      Gabungkan batang-batang itu dan kita akan memperoleh empat batang limaan dan tiga batang satuan.
b.      Menggunakan pengantar algoritma.
Limaan
Satuan
1
2
3
1        +
4
3

c.       Menggunakan algoritma biasa.

125
315  +
435
Untuk menyelesaikan pengurangan, kita dapat memanfaatkan tabel 1 karena pengurangan adalah balikan dari penjumlahan. Misalkan 125 - 45 = 35 , karena kita tahu bahwa 45 + 35 = 125. Untuk menyelesaikan penjumlahan atau pengurangan sering kali kita harus menggunakan “pengelompokan kembali” atau regrouping. Sebagai contoh, kita ingin menyelesaikan 325 - 145.
Cara 1
Langkah pertama, siapkan 3 buah batang limaan dan 2 buah batang satuan. Langkah kedua, tukar satu batang limaan dengan batang satuan, sehingga kita mempunyai 2 batang limaan dan 7 batang satuan. Langkah berikutnya, singkirkan 1 batang limaan dan 4 batang satuan. Dengan demikian, batang-batang yang tersisa adalah 1 batang limaan dan 3 batang satuan. Hal ini mempresentasikan 325 – 145 = 135.
Cara 2
Cara ini dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Limaan
Satuan
3
2
1
4        -



Limaan
Satuan
3
7
1
4        -
1
3

Perkalian dan Pembagian
Sebagaimana pada penjumlahan dan pengurangan, sekarang kita juga perlu mengidentifikasi fakta-fakta dasar perkalian sebelum menggunakan algoritma-algoritma. Fakta-fakta ini diturunkan dengan menggunakan penjumlahan. Fakta-fakta dasar perkalian untuk basis lima disajikan sebagai berikut.
Tabel 2
Perkalian (Basis Lima)
x
0
1
2
3
4
0
0
0
0
0
0
1
0
1
2
3
4
2
0
2
4
11
13
3
0
3
11
14
22
4
0
4
13
22
31




Sebagai contoh 215 x 35

215

35 x

3

110 +

113

 

Pembagian dapat ditampilkan dengan menggunakan fakta-fakta perkalian dan definisi pembagian. Sebagai contoh, 225 : 35 = c jika dan hanya jika c . 35 = 225. Dari tabel perkalian kita mengetahui bahwa c = 45. Sebagaimana pada basis sepuluh, pembagian-pembagian multidigit pada basis lima perlu sering latihan agar efisien. Gagasan tentang algoritma pembagian dapat diselesaikan dengan menggunakan teknik pengurangan berulang atau dengan menggunakan algoritma biasa. Contoh:



345
435

32415


234  -


401


332  -


4