Aliran Wahabiyah
A.Biografi Pendiri Wahabiyah
Berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I'tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain. Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab.[1] Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dilahirkan pada tahun 1115 H (1701 M) di kampung Uyainah (Najd), lebih kurang 70 km arah barat laut kota Riyadh, ibukota Arab Saudi sekarang. Ia tumbuh dan dibesarkan dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah seorang tokoh agama di lingkungannya. Sedangkan abangnya adalah seorang qadhi (mufti besar), tempat di mana masyarakat Najd menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan agama. [2]
Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha'i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama' besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa'iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi'i, menulis surat berisi nasehat: "Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A'dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman :
"Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115).[3]
Setelah beberapa lama menetap di Mekah dan Madinah, Muhammad bin Abdul Wahab kemudian pindah ke Basrah. Di sini beliau bermukim lebih lama, sehingga banyak ilmu-ilmu yang diperolehinya, terutaman di bidang hadits dan musthalahnya, fiqih dan usul fiqhnya, serta ilmu gramatika (ilmu qawaid). Selain belajar, ia sempat juga berdakwah di kota ini.
Muhammad bin `Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48 tahun lebih di Dar’iyah. Keseluruhan hidupnya diisi dengan kegiatan menulis, mengajar, berdakwah dan berjihad serta mengabdi sebagai menteri penerangan Kerajaan Saudi di Tanah Arab. Muhammad bin Abdulwahab berdakwah sampai usia 92 tahun, beliau wafat pada tanggal 29 Syawal 1206 H, bersamaan dengan tahun 1793 M, dalam usia 92 tahun. Jenazahnya dikebumikan di Dar’iyah (Najd). Innalillah[4]
B.Apa itu Wahabiyah dan Bagaimana Ajaran Wahabiyah?
Keadaan yang melatar belakangi munculnya tuduhan Wahabiyah. Dengan melihat gambaran sekilas tentang keadaan Jazirah Arab serta negeri sekitarnya, kita akan tahu sebab munculnya tuduhan tersebut, sekaligus kita akan mengerti apa yang melatar belakanginya. Yang ingin kita tinjau disini adalah dari aspek politik dan keagamaan secara umum,aspek aqidah secara khusus.
a. Dari segi aspek politik Jazirah Arab berada dibawah keluasan yang terpecah-pecah, terlebih khusus daerah Najd, perebutan kekuasaan selalu terjadi disepanjang, waktu, sehingga hal tersebut sangat berdampak negatif untuk kemajuan ekonomi dan agama.Para penguasa hidup dengan memungut upeti darai rakyat jelata, jadi mereka sangat marah bila ada kekuatan atau da’wah yang dapat menggoyang kekuasaan mereka. Begitu pula dari kalangan para tokoh adat dan agama yang biasa memungut iuran dari pengikut mereka, akan kehilangan obyek jika pengikut mereka mengerti tentang aqidah dan agama dengan benar. Dari sini mereka sangat hati-hati bila ada seseorang yang coba memberi pengertian kepada umat tentang aqidah dan agama yang benar.
b. Dari segi aspek agama, pada abad [12H/17H] keadaan keberagamaan umat Islam sudah sangat jauh menyimpang dari kemurnian Islam itu sendiri. Terutama dalam aspek aqidah, banyak sekali disana sini praktek-praktek syirik atau bid’ah. Para ulama yang ada bukan berarti tidak mengingkari hal tersebut, tapi usaha mereka hanya sebatas lingkungan mereka saja dan tidak berpengaruh secara luas, atau hilang ditelan oleh arus gelombang yang begitu kuat dari fihak yang menentang karena jumlah mereka begitu banyak. Disamping itu pengaruh kuat dari tokoh-tokoh masyarakat yang mendukung praktek-praktek syirik dan bid’ah tersebut demi kelanggengan pengaruh mereka atau karena mencari kepentigan duniawi dibelakang itu. Sebagaimana keadaan seperti ini masih kita saksikan ditengah-tengah sebagian umat Islam, barangkali negara kita masih dalam proses ini, diamana aliran-aliran sesat dijadikan sebagai batu loncatan untuk mencapai pengaruh politik.
Hari demi hari da’wah tauhid semakin tersebar, mereka para musuh da’wah tidak mampu lagi untuk melawan dengan kekuatan, maka mereka berpindah arah dengan memfitnah dan menyebarkan isu-isu bohong, supaya mendapat dukungan dari pihak lain untuk menghambat laju da’wah tauhid tersebut. Diantara fitnah yang tersebar adalah sebutan “wahabi” untuk orang yang mengajak kepada tauhid. Sebagaimana lazimnya setiap penyeru kepada kebenaran pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan anak duri dalam menapaki perjalanan da’wah termasuk para nabi sekalipun. Sebagaimana telah dijelaskan pula oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab beliau “Kasyfus Syubuhaat”: “Ketauhilah olehmu, bahwa sesungguhnya diantara hikmah Allah ta’ala, tidak diutus seorang nabipun dengan tauhid ini, melainkan Allah menjadikan baginya musuh-musuh,sebagaimana firman Allah swt.[5]
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (Al-Anbiya: 25)[6]
Hal ini pula yang dihadapi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam lanjutan surat beliau kepada penduduk Qasyim : “Kemudian tidak tersembunyi lagi atas kalian, saya mendengar bahwa surat Sulaiman bin Suhaim [seorang penentang da’wah tauhid] telah sampai kepada kalian, lalu sebagian diantara kalian ada yang percaya terhadap tuduhan-tuduhan bohong yang ia tulis, yang mana saya sendiri tidak pernah mengucapkannya, bahkan tidak pernah terlintas dalam ingatanku. Sepertin tuduhannya:
a) Bahwa saya mengingkari kitab-kitab madzab yang empat.
b) Bahwa saya mengatakan bahwa manusia semenjak enam ratus tahun lalu sudah tidak lagi memilki ilmu.
c) Bahwa saya mengaku sebagai mujtahid.
d) Bahwa saya mengatakan bahwa perbedaan pendapat antar ulama adalah bencana.
e) Bahwa saya mengkafirkan orang yang bertawasul dengan orang-orang shaleh.
f) Bahwa saya pernah berkata, jika saya mampu saya akan ganti pancuran Ka, bah dengan pancuran kayu.
g) Bahwa saya pernah berkata, jika saya mampu saya akan runtuhkan kubah yang dibangun diatas kuburan Rasulullah saw.
h) Bahwa saya mengharamkan ziarah kubur.
i) Bahwa saya mengkafirkan orang yang bersumpah dengan selain Allah.
Jawaban saya untuk tuduhan-tuduhan ini adalah : “sesungguhnya ini semua adalah suatu kebohongan yang nyata.
Jawaban saya untuk tuduhan-tuduhan ini adalah : “sesungguhnya ini semua adalah suatu kebohongan yang nyata.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Baca jawaban untuk berbagai tuduhan diatas dalam kitab-kitab berikut : Mas’ud An Nadawy “Muhamamad bin abdul Wahab Muslih Mazhlum”, Abdul aziz Al Abdullathif “Da’awy Munaawi-iin Li Da’wah Muhammad bin Abdil Wahab”, Sholeh Fauzan “Min A’laam Al Mujaddidiin”, dan lain-lain.
Pokok landasan da’wah yang utama sekali beliau tegakkan adalah pemurnian ajaran tauhid dari berbagai campuar syirik dan bid’ah, terutama dalam mengkultuskan para wali, dan kuburan mereka. Hal ini akan tampak jelas bagi orang yang membaca kitab-kitab dan surat-surat beliau [Lihat kumpulan surat-surat pribadi beliau dalam kitab “majmu’muallafaat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab jilid 3”].
Dalam sebuah suratnya kepada penduduk Qashim, beliau paparkan aqidah beliau dengan jelas dan gamblang. Ringkasnya sebagai berikut :
1. Saya bersaksi bahwa saya berkeyakinan sesuai dengan keyakinan golongan yang selamat [Ahlussunnah wal jama’ah], yaitu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari berbangkit setelah mati, dan takdir baik maupun buruk.
2. Termasuk beriman kepada Allah adalah beriman dengan sifat-sifat-Nya yang terdapat dalam kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya tanpa tahrif [merubah pengertiannya] dan tidak pula ta’thil [mengingkarinya]. Saya berkeyakinan bahwa tiada satupun yang menyerupai-Nya, dan Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bahwa beliau orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk(Musabbihah atau Mujassimah) ].
3. Saya beriman bahwa Allah itu berbuat terhadap segala apa yang dikehendaki-Nya, tidak satupun yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya dan tiada satupun yang keluar dari kehendak-Nya.
4. Saya beriman segala perkara yang diberitakan oleh Nabi Muhammad saw tentang apa yang akan terjadi setelah mati. Saya beriman dengan azab dan nikmat kubur dan tentang akan dipertemukannya kembali antara ruh dan jasad. Kemudian manusia dibangkitkan menghadap Sang Pencipta sekalian alam, dalam keadaan tanpa bersandal, tanpa pakaian dan dalam keadaan tidak berkhitan. Matahari sangat dekat dengan mereka, lalu amalan manusia akan ditimbang dan catatan amalan mereka akan diberikan kepada mereka masing-masing, sebagian mengambilnya dengan tangan kanan dan sebagian lain dengan tangan kiri.
5. Saya beriman dengan telaga nabi kita Muhammad saw.
6. Saya beriman dengan shirat [jembatan] yang terbentang diatas neraka jahanam, manusia melewatinya sesuai dengan amalan mereka masing-masing.
7. Saya beriman dengan syafa’at nabi kita Muhammad saw, bahwa beliau adalah orang pertama sekali memberi syafa’at. Orang yang mengingkari syafa’at adalah termasuk pelaku bid’ah dan sesat. [dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang mengingkari syafa’at nabi Muhammad saw.]
8. Saya beriman dengan surga dan neraka, dan keduanya telah ada sekarang, serta keduanya tidak akan sirna.
9. Saya beriman bahwa orang mukmin akan melihat Allah dalam surga kelak.
10. Saya beriman bahwa nabi kita Muhammad saw adalah penutup segala nabi dan rasul, tidak sah iman seseorang sampai beriman dengan kenabiannya dan kerasulannya. [dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang mengaku sebagai nabi atau tidak memuliakan nabi Muhammad saw, bahkan beliau mengarang sebuah kitab tentang sejarah nabi Muhammad dengan judul:”Mukhtashar Sirah Ar Rasul”. Bukankah ini bukti tentang kecintaan beliau kepada Rasulullah].
11. Saya mencintai para sahabat Rasulullah, begitu pula para keluarga beliau, saya memuji mereka, dan mendo’akan semoga Allah meridlai mereka. Saya menutup mulut dari membicarakan kejelekan dan perselisihan yang terjadi diantara mereka.
12. Saya mengakui karomah para wali Allah, tetapi apa yang menjadi hak Allah tidak boleh diberikan kepada mereka, tidak boleh meminta kepada mereka sesuatu yang tidak mampu melakukannya kecuali Allah. [dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang mengingkari karomah atau tidak menghormati para wali].
13. Saya tidak mengkafirkan seorangpun dari kalangan muslim yang melakukan dosa dan tidak pula mengeluarkan mereka dari lingkaran islam. [dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa belaiu mengkafirkan kaum muslimmin, atau berfaham Khawarij. Baca juga “Manhaj Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Fi Masalah At Takfir” karangan Ahmad Ar Rudhaiman]
14. Saya berpandangan tentang wajibnya ta’at kepada para pemimpin kaum muslimin, baik yang berlaku adil maupun yang berbuat dzalim, selama mereka tidak menyuruh kepada perbuatan maksiat. [dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang menganut faham Khawarij/Teroris].
15. Saya berpandangan tentang wajibnya menjauhi para pelaku bid’ah, sampai ia bertaubat kepada allah. Saya menilai mereka secara lahir, adapun amalan bathin mereka saya serahkan kepada Allah.
16. Saya berkeyakinan bahwa iman itu terdiri dari perkataan dengan lidah, perbuatan dengan anggota tubuh dan pengakuan dengan hati, ia bertambah dengan keta’atan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Ada beberapa bukti kebohongan tuduhan Wahabi terhadap Da’wah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dengan membandingkan antara tuduhan-tuduhan sebelumnya dengan aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang kita sebutkan diatas, tentu dengan sendirinya kita akan mengetahui kebohongan tuduha-tuduhan tersebut.Tuduhan-tuduhan bohong tersebut disebar luaskan oleh musuh da’wah ahlussunnah wal jama’ah keberbagai negeri islam, sampai pada masa sekarang ini, masih banyak orang tertipu dengan kebohongan tersebut. Sekalipun telah terbukti kebohongannya, bahkan seluruh karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab membantah tuduhan tersebut. Kita ambil contoh kecil saja dalam kitab beliau “Ushul Tsalasah”kitab yang kecil sekali, tapi penuh dengan mutiara ilmu, beliau mulai dengan menyebutkan perkataan Imam Syafi’i, kemudian dipertengahannya beliau sebutkan perkataan Ibnu Katsir yang bermadzab Syafi’i. Jika beliau tidak mencintai para imam madzab yang empat atau hanya berpegang dengan madzab Hambali saja, mana mungkin beliau akan menyebutkan perkataan mereka tersebut. Bahkan beliau dalam salah satu surat beliau kepada salah seorang kepala suku didaerah syam berkata :”Saya katakan kepada orang yang menentangku, sesungguhnya yang wajib atas manusia adalah mengikuti apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah saw, maka bacalah buku-buku yang terdapat pada kalian, jangan kalian ambil dari ucapanku sedikitpun, tetapi apabila kalian telah mengetahui perkataan Rasulullah saw yang terdapat dalam kitab kalian tersebut maka ikutilah, sekalipun kebanyakan manusia menentangnya”[ lihat kumpulan surat-surat beliau dalam kitab “Majmu Muallafaat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab”jilid 3]. Dalam ungkapan beliau diatas jelas sekali bahwa beliau tidak mengajak manusia kepada pendapat beliau, tetapi mengajak untuk mengikuti ajaran Rasulullah saw.[7]
Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid’ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid’ah? Karena nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Sa'ud.[8] [1] http://alhabaib.blogspot.com/2009/08/sejarah-awal-mula-faham-wahabi.html selasa,13 des 2011pkl 16.00
[3] http://alhabaib.blogspot.com/2009/08/sejarah-awal-mula-faham-wahabi.html selasa,13 des 2011pkl 16.00
[5] http://rudyawok.blogspot.com/2010/08/apa-itu-wahabi-bagaimana-ajaran-wahabi.html selasa 13 des 2011 pkl 16.15
[7] http://rudyawok.blogspot.com/2010/08/apa-itu-wahabi-bagaimana-ajaran-wahabi.html minggu,8 jan 2012 pkl 20.20
[8] http://alhabaib.blogspot.com/2009/08/sejarah-awal-mula-faham-wahabi.html selasa,13 des 2011 pkl 16.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar